
Buteng Dorong Peternak Tingkatkan Produksi Telur Dukung MBG
Buteng Dorong Peternak Pemerintah Kabupaten Buton Tengah terus berupaya mendorong peningkatan produksi telur ayam dari peternak lokal. Langkah ini merupakan bagian penting dari strategi mendukung program Mandiri Benih dan Gizi (MBG), yang menjadi prioritas utama daerah dalam menekan angka stunting dan memperkuat ketahanan pangan.
Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pangan bergizi, program MBG menjadi bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu, Pemkab Buteng menilai bahwa ketahanan pangan tidak bisa dilepaskan dari peran aktif peternak lokal, khususnya dalam menyediakan sumber protein hewani yang terjangkau seperti telur ayam.
Fokus MBG: Gizi Seimbang dan Kemandirian Pangan
Secara umum, program MBG dirancang untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat, tetapi juga membangun kemandirian dalam produksi pangan sehat. Salah satu komoditas yang diprioritaskan adalah telur ayam, mengingat kandungan proteinnya yang tinggi serta ketersediaannya yang dapat diperluas secara lokal.
Selain itu, Bupati Buton Tengah, H. Samahuddin, menekankan bahwa MBG bukan sekadar program bantuan, melainkan bentuk investasi untuk menciptakan generasi yang sehat dan produktif. “Telur merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik, khususnya bagi anak-anak. Melalui program MBG, kami ingin memastikan seluruh masyarakat Buteng, terutama keluarga dengan anak balita, dapat memenuhi kebutuhan gizi hariannya,” ungkapnya.
Keterlibatan Aktif Peternak Lokal
Untuk mewujudkan target ini, Pemkab Buteng secara aktif melibatkan peternak lokal. Dinas Pertanian dan Peternakan memberikan pelatihan, pendampingan teknis, dan bantuan bibit ayam petelur maupun pakan guna mendorong peningkatan produksi.
Misalnya, Kepala Dinas Pertanian Buteng, La Ode Arsal, menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan produksi telur lokal minimal mencapai 10.000 butir per hari. Target tersebut tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga untuk mendukung program makanan tambahan (PMT) bagi anak-anak sekolah dan posyandu. Dengan demikian, produksi telur lokal akan langsung berkontribusi dalam memperbaiki status gizi masyarakat.
Dukungan Sarana dan Prasarana
Di samping itu, dukungan terhadap peternak tidak hanya terbatas pada pelatihan. Pemerintah juga menyediakan fasilitas penunjang seperti kandang komunal, alat produksi modern, serta sistem distribusi yang efisien dan berbasis kelompok tani.
“Kami sedang merancang sistem distribusi melalui koperasi agar telur hasil produksi peternak mudah diserap pasar,” jelas Arsal. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga kestabilan harga, menghindari ketergantungan pasokan luar daerah, dan memastikan keberlanjutan usaha peternakan di Buteng.
Sinergi dengan Program Pendidikan dan Kesehatan
Lebih lanjut, produksi telur lokal akan disinergikan dengan program-program gizi yang ada, terutama PMT di sekolah dasar dan posyandu. Pendekatan ini bertujuan untuk menekan angka stunting sejak dini, dengan menyediakan makanan bergizi secara rutin kepada anak-anak dan ibu hamil.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Buteng, dr. Nurhayati, telur menjadi pilihan ideal karena kaya protein dan mudah disalurkan. “Kami telah menjadwalkan distribusi telur ke sekolah setiap minggu. Anak-anak akan menerima makanan tambahan yang segar dan bernutrisi secara berkala,” ujarnya.
Harapan Jangka Panjang Pemkab Buteng
Ke depan, Pemkab Buton Tengah berharap sinergi antara sektor peternakan, kesehatan, dan pendidikan ini dapat menjadi fondasi yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri secara pangan. Program MBG dirancang sebagai gerakan jangka panjang yang berkelanjutan, bukan hanya sekadar proyek tahunan.
“Dengan gizi yang baik, pendidikan yang memadai, dan ekonomi lokal yang bergerak, Buteng akan tumbuh menjadi daerah yang mandiri, kuat, dan sejahtera,” pungkas Bupati Samahuddin.