
Pertunjukan Teater Banti to Akoro Bumikan Kabanti Buton
Pertunjukan teater Banti to Akoro sukses digelar di Kendari pada akhir pekan lalu. Acara ini menjadi bagian dari upaya melestarikan kabanti, sastra lisan khas Buton yang sarat makna budaya. Tidak hanya menarik perhatian publik, acara ini juga disambut hangat oleh akademisi dan budayawan.
Kabanti Diperkenalkan ke Generasi Muda
Kabanti biasanya disampaikan secara lisan oleh orang tua. Namun kali ini, ia diangkat dalam format teater. Tujuannya adalah mengenalkan kembali nilai-nilai lokal kepada generasi muda. Menariknya, cerita Banti to Akoro menggambarkan perjumpaan budaya Buton dengan kehidupan kota.
Tradisi yang Dikemas secara Inovatif
Pementasan ini menggabungkan unsur musik tradisional, tari, dan monolog. Selain itu, teknologi multimedia dan pencahayaan modern ikut memperkuat penyajian. Hasilnya, kabanti terasa lebih segar tanpa kehilangan makna aslinya. Penonton pun dibuat larut dalam pengalaman visual dan emosional.
Sambutan Positif dari Penonton
Tak hanya menghibur, pertunjukan ini juga menyentuh hati banyak orang. Beberapa penonton bahkan mengaku merasa terhubung kembali dengan akar budaya mereka. Misalnya, seorang penonton dari Baubau berkata, “Kami merasa seperti kembali ke akar kami.” Ini menunjukkan dampak emosional yang kuat dari pementasan tersebut.
Dukungan dari Pemerintah dan Lembaga Budaya
Pemerintah daerah dan beberapa lembaga kebudayaan ikut mendukung acara ini. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Sulawesi Tenggara, pementasan seperti ini sangat penting. Sebab, ia menjadi sarana revitalisasi budaya yang hampir terlupakan. Ke depan, mereka berharap acara ini bisa dipentaskan di daerah lain juga.
Langkah Selanjutnya dalam Pelestarian Kabanti
Pementasan ini bukanlah akhir. Sebaliknya, tim kreatif berencana untuk terus mengembangkan kabanti. Beberapa rencana sudah disiapkan, seperti membuat dokumenter, mengadakan workshop di sekolah, dan menciptakan podcast. Dengan demikian, kabanti dapat dikenal oleh lebih banyak orang.
Kesimpulan
Pertunjukan Banti to Akoro membuktikan bahwa tradisi bisa hidup berdampingan dengan zaman. Melalui inovasi dan kreativitas, kabanti Buton hadir kembali dalam bentuk yang relevan. Ini menjadi contoh bagaimana warisan budaya bisa tetap kuat di tengah modernitas.